Pakar Politik, Burhanuddin: Jangan Kultuskan Dedi Mulyadi, Ini Bahayanya bagi Demokrasi
Jakarta – Pakar politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Burhanuddin Muhtadi, mengimbau masyarakat untuk tetap kritis terhadap Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, meskipun popularitasnya terus meroket.
Dalam program Gaspol Kompas.com yang tayang Minggu (6/7/2025), Burhanuddin menegaskan bahwa kultus individu terhadap tokoh politik bisa merusak tatanan demokrasi.
“Pak Dedi itu pejabat publik, bukan nabi,” ucap Burhanuddin, menyoroti perlunya membedakan antara kekaguman dan pengkultusan.
Nama Dedi Mulyadi memang tengah menjadi sorotan publik, terutama berkat aktivitasnya di media sosial yang berhasil menarik perhatian jutaan warganet. Gaya komunikasinya yang blak-blakan dan aksi-aksi langsung di lapangan kerap menuai pujian.
Namun, Burhanuddin mengingatkan bahwa popularitas yang tinggi justru bisa menjadi pedang bermata dua. Tokoh publik seperti Dedi tak luput dari kemungkinan membuat keputusan kontroversial, seperti kebijakannya yang sempat mengirim siswa bermasalah ke barak militer.
Langkah itu menuai kritik dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), aktivis hak asasi manusia, dan sejumlah tokoh nasional, termasuk Rocky Gerung.
Sayangnya, kritik tersebut malah dibalas dengan serangan balik dari para pendukung Dedi yang cenderung membela tanpa mempertimbangkan substansi persoalan.
Burhanuddin menilai, gejala pengkultusan terhadap Dedi Mulyadi mulai terlihat jelas dari sikap sebagian pendukung yang alergi terhadap kritik dan justru menyerang balik pihak-pihak yang mengajukan evaluasi kebijakan.
“Pengalaman masa lalu seharusnya menjadi pelajaran. Kita pernah mengalami pengkultusan dalam politik saat era Presiden Jokowi. Itu tidak sehat bagi demokrasi,” ujar Burhanuddin.
Ia menegaskan bahwa dalam sistem demokrasi yang sehat, setiap pejabat publik, sepopuler apapun, harus tetap terbuka terhadap kritik dan koreksi. Masyarakat pun perlu bijak membedakan antara apresiasi dan idolatri politik yang berlebihan.
Sumber: Kata Pakar : Jangan Kultuskan Dedi Mulyadi, Ini Bahayanya bagi Demokrasi – Beritau Sukabumi