MENGUATKAN TRADISI INTELEKTUAL BEREPUTASI
Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si.
(Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi)
Perubahan Sosial dan Tantangan Era Digital
Kehidupan sosial berkembang sangat cepat. Dinamika yang terjadi sangatlah kompleks, baik dalam skala global, nasional maupun lokal. Salah satu faktor utama yang menimbulkan banyak perubahan di dunia modern saat ini adalah teknologi komunikasi. Tingkat penetrasi internet yang sangat tinggi, keberagaman kanal komunikasi warga baik melalui media konvensional maupun digital, serta perubahan budaya akibat derasnya arus informasi yang berlimpah di segala bidang kehidupan menjadi realitas baru yang harus dihadapi. Situasi ini memberikan sejumlah tantangan sekaligus peluang besar yang perlu disikapi secara bijaksana oleh para akademisi dan masyarakat luas.
Pentingnya Tradisi Intelektual dalam Masyarakat Modern
Menguatkan tradisi intelektual harus dimulai dengan gerakan pemikiran yang kuat. Seluruh bangsa maju dan besar di dunia ini selalu berangkat dari fondasi tradisi berpikir yang kokoh. Basis literasi yang mumpuni akan menjadi mercusuar peradaban suatu bangsa di masa depan. Sumber asupan informasi yang kredibel, seperti buku, jurnal, media massa, dan sumber pengetahuan lainnya, akan memberi “nutrisi” sehat bagi pikiran manusia. Namun, tantangan kita saat ini adalah berlimpahnya informasi yang tersebar di mesin pencarian dan media sosial, yang mencampuradukkan antara informasi yang tidak bermanfaat atau bahkan menyesatkan dengan informasi yang benar-benar bernilai.
Peluang Akses Pengetahuan di Era Teknologi
Di sisi lain, kemajuan teknologi juga memberikan kemudahan luar biasa untuk terhubung dengan berbagai sumber pengetahuan di seluruh dunia. Misalnya, kita bisa mengakses perpustakaan-perpustakaan bereputasi tinggi secara daring, atau mendapatkan hasil-hasil riset yang dipublikasikan oleh jurnal ilmiah bereputasi nasional maupun internasional. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menguatkan tradisi literasi agar mampu memilah informasi yang membangun intelektualitas dan menghindari informasi yang menyesatkan.
Wisuda sebagai Gerbang Dunia Nyata
Mahasiswa yang telah menyelesaikan studinya dan diwisuda tidak boleh berhenti dalam mengembangkan intelektualitasnya. Wisuda bukanlah titik akhir, melainkan gerbang keterhubungan dengan dunia nyata yang jauh lebih luas dan kompleks. Ini adalah persimpangan jalan yang menuntut daya tahan tinggi. Para wisudawan akan dihadapkan pada banyak pilihan: melanjutkan studi, bekerja di industri atau lembaga, menjadi wirausahawan, dan lainnya. Dalam hal ini, basis pemikiran yang kuat sangat penting karena akan menjadi bekal menghadapi berbagai tantangan kehidupan nyata.
Empat Kemampuan Pendukung Tradisi Intelektual
a. Mengelola Jaringan Sosial
Kemampuan untuk membangun dan mengelola jaringan sosial menjadi sangat penting. Dunia kerja dan akademik kini sangat kompetitif, dan tidak ada individu yang bisa berhasil sendirian. Oleh karena itu, strategi kolaborasi harus diperkuat. Pengalaman berorganisasi, baik di kampus maupun di masyarakat, akan menjadi modal sosial yang sangat berharga.
b. Menguasai Bahasa Asing
Kemampuan berbahasa asing, seperti Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, sangat penting untuk memperluas akses terhadap pengetahuan global. Bahasa menjadi alat yang menghubungkan kita dengan masyarakat internasional dan membuka peluang untuk mendapatkan informasi dari sumber utama yang kredibel.
c. Kemampuan Komunikasi dan Pengendalian Diri
Orang yang memiliki keterampilan komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi publik, maupun komunikasi melalui media massa biasanya lebih menonjol dan dihargai dalam berbagai bidang. Keterampilan ini juga perlu diiringi dengan kemampuan mengendalikan diri dalam berbagai situasi sosial.
d. Keahlian Spesifik sebagai Pembeda
Setiap individu perlu memiliki keahlian spesifik yang bisa menjadi pembeda. Keahlian tersebut bisa berupa penguasaan teknologi digital, penguasaan disiplin ilmu tertentu, atau bahkan talenta khusus yang bisa menunjukkan kapasitas dan keunggulan pribadi.
Membangun Reputasi Jangka Panjang, Bukan Sekadar Citra
Kemampuan intelektual, organisasional, dan sosial adalah satu paket yang tak bisa diabaikan. Semua harus dijalani secara tekun, bertahap, dan berkelanjutan. Dalam hal ini, penting untuk tidak terjebak hanya pada pencitraan. Citra bersifat sementara, sementara reputasi dibangun untuk jangka panjang. Oleh karena itu, menguatkan tradisi intelektual yang bereputasi bukanlah kerja instan, melainkan perjalanan sepanjang hayat.
Sikap dan Nilai dalam Menjalani Dinamika Sosial
Reputasi dibangun dari kombinasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang mumpuni dalam menghadapi dinamika sosial. Menjadi pintar dan terampil saja tidak cukup. Kita juga perlu memiliki sikap toleran, inklusif, moderat, serta peduli terhadap lingkungan sekitar. Dari aspek komunikasi, penting juga untuk mengelola privasi komunikasi dengan bijak—memilih waktu yang tepat untuk bicara atau diam, bersikap lembut atau tegas, sesuai dengan konteks sosial yang dihadapi.
Menghindari Godaan Sukses Instan
Salah satu godaan terbesar yang dihadapi generasi saat ini adalah kecenderungan untuk meraih kesuksesan dengan cara-cara instan. Hal ini sering tercermin dalam praktik pencitraan diri yang berlebihan di media sosial, atau memanfaatkan orang lain dan lembaga demi keuntungan pribadi yang cepat. Namun, kesuksesan yang dibangun secara instan biasanya tidak bertahan lama. Oleh karena itu, teruslah berpikir tanpa kejumudan, bergerak tanpa kekerasan, dan bermanfaat bagi banyak orang.